Cerita di Negeri Belewuk
Oleh Anas Al Lubab
Judul :
Sokrates atawa Telunjuk Miring di Kening
Penulis : Toto
ST Radik
Penerbit :
Parsprototo (April, 2013)
Tebal : ix +
124

Telunjuk bertudung laken estetika, seolah menyiratkan bahwa penulis buku ini begitu kukuh menggenggam estetika sebagai petunjuk bagaimana ia menjerang cerita. Agar cerita yang tersaji menghangatkan siapapun yang kelak mereguknya.
Bunga ide di atas lentikan jari kelingking, seakan menekankan bahwa ide itu hal kecil yang bisa kita pungut darimana saja kapan saja. ini peringatan bagi kita yang kerap bertameng pada kebuntuan ide sehingga selalu mandek saat hendak menulis.
Visual burung kecil yang sedang berak di jas disimbolkan sebagai laku kritik, kritik itu bebas seperti burung yang mengotori jas yang mungkin membuat pemilik jas berang sehingga mesti segera me-laundry jasnya. itulah barangkali fungsi kritik, mengganggu untuk membersihkan. Menyipratkan air ke wajah untuk membangunkan orang yang terlalu lelap tidur.
Sementara etika di sematkan persis di tengah leher sebagai sesuatu yang teramat penting, kita tahu saat leher etika dicekik atau dipenggal, maka kemanusiaan kita dipastikan tewas binasa.
Moral diandaikan
sebagai kepulan asap rokok, moral
sejatinya urusan individu, namun sebagaimana asap rokok yang kerap mengganggu
kesegaran nafas oranglain. sikap moral kita pun mesti diujikaji dibenturkan dengan
dialektika budaya dan adat oranglain yang pasti berbeda. itulah maslahat—memaksimalkan
manfaat meminimalisir mudarat.
jika dari covernya saja sudah membuat saya merenung. bagaimana dengan isinya?
Setiap inci
cerita yang melekat di sekujur buku ini hendak menayangkan jejak rekam situasi absurd yang pernah, sedang, dan mungkin
akan terjadi di provinsi ini—Banten. Toto ST Radik dengan cekatan dan piawai
menyajikan setiap adegan kekonyolan yang menerbitkan senyum sekaligus membuat
kita merenung tanpa harus mengerutkan kening. Meski ia sengaja meminjam nama
tokoh lain, lokasi lain, tak ayal cerita yang didendangkannya mampu menyeret
ingatan kita untuk mengarahkan telunjuk menuding tokoh-tokoh antagonis yang sok
berkuasa di provinsi ini.
Tamasya
pertama, kita diajak menjelajahi situasi politik Negeri Belewuk yang setelah
berusaha bertahun-tahun, akhirnya bisa memisahkan diri dari negeri Jabarut
(renungkan lokasi mana sebenarnya yang dimaksud negeri belewuk dan negeri
jabarut). Setelah resmi didaulat sebagai pemimpin, para pemimpin negeri belewuk
dengan licin dan culas melakukan jamaah korupsi memperkaya diri dan menyenangkan
kroni-kroninya sehingga para tuyul menjadi melongo kehilangan profesi.
Berkat teknologi
kekuasaan, pemimpin negeri belewuk menjadi kian canggih menguras uang rakyat
tanpa perlu bantuan jasa para tuyul. Kita bisa mendengar curhat sesepuh tuyul
yang menyatakan “Manusia belewuk tak membutuhkan kami lagi. Mereka sudah mahir
mencuri. Ilmu mereka, harus diakui, lebih top daripada tuyul paling sontoloyo
sekalipun” (hal:8).
Keluar dari
negeri belewuk, kita diajak Toto ST Radik memasuki kota S di provinsi B dalam
cerita Gigi dan Goyang Dombret. S dan
B, saya kira bukan Semarang atau Batam, mungkin saja Serang dan Banten sebagai
tempat tinggal penulisnya. dikisahkan tiba-tiba pemerintahan kota S dibuat
kelimpungan oleh wabah ganjil dimana banyak masyarakat yang giginya
bertanggalan secara misterius. Wabah ini menyerang bukan saja kepada para
lansia tetapi kepada semua orang—lintas profesi—yang punya gigi di kota S.
Memang tak menimbulkan rasa sakit bahkan tanpa meneteskan darah sedikit pun,
namun hal ini tak ayal menimbulkan keheranan dan ketidakpercayaan diri
masyarakat sehingga diliputi rasa penasaran; mungkinkah wabah ini suatu kutukan.
Untung gubernur
yang juga ikut ompong berinisiatif mengeluarkan kebijakan mengganti setiap gigi
warga yang copot dengan gigi palsu terbuat dari emas 24 karat sekaligus
memberikan hiburan dangdut gratis. Secara garis besar cerita ini menegur keras
oknum wartawan yang hanya memburu uang ketimbang otentisitas pemberitaan.
Perhatikan misalnya ekspresi wartawan dalam cerita ini. … begitu pula para
wartawan, seraya sibuk mencopoti gigi-giginya “Lumayan dapat emas dua puluh
empat karat. Soal berita mah, gampang!”
(hal:17). Betapa kita sudah ompong-kolektif kehilangan nyali menyatakan
kebenaran dan mulai memberhalakan tumpukan materi.
Setelah
berjoged goyang dombret ria, kita diajak mengikuti perkembangan bisnis Ratu
Surgawi Khasiatun yang dijuluki Ratu Pistol dengan perkumpulannya yang di sebut
PFC atau Pistol Fans Club dalam cerita Ratu
Pistol (the Cowboy City). Naluri bisnis ratu pistol benar-benar progresif,
dengan akselerasi tinggi gerai penjualan pistolnya buka cabang dimana-mana
mengalahkan counter-counter hape, harganya pun bervariasi
dari yang 500 ribuan hingga 500 jutaan dilengkapi aksesorisnya yang
bermacam-macam.
Suatu ketika,
saat launching warung pistolnya yang
ke 356 di Kafe Terapung Abah Kuring miliknya, yang dihadiri banyak pejabat
pemerintahan, anggota PFC dibuat kalap saat Ratu Pistol terkapar ditembak bocah
SMP. Bocah itu pun dibrondong tembakan kemarahan anak buah ratu pistol hingga tubuhnya
hancur lebur berserpihan.
Pasca insiden
penembakan ratu pistol, situasi keamanan negeri belewuk kacau balau. Setiap
hari nyawa melayang didor pistol, akibatnya bergentayanganlah hantu-hantu
penasaran. Gerombolan hantu gentayangan inilah yang menyajikan dialog-dialog
satir menyinggung kebobrokan moral prilaku kita—terutama ulah para pemimpin.
Hantu-hantu ini menertawakan manusia yang kasakkusuk korupsi, teler sabu,
selingkuh main perempuan, bikin laporan salah ketik melulu, dan sebagainya dan
seterusnya. (hal:31-32)
Perjumpaan
selanjutnya kita dipertemukan dengan sosok Sokrates dalam cerita Sokrates atawa Telunjuk Miring di Kening.
Kita tahu, Socrates filsuf Yunani yang buruk rupa itu begitu rajin menyambangi
setiap orang untuk melecut daya kritis berpikir siapapun orang yang ditemuinya
di ruang-ruang publik Athena. Sikap kritisnya yang berusaha membuka lebar-lebar
pintu terkunci dikepala setiap orang mengantarkannya pada hukuman mati dengan
menenggak racun.
Kisah hidup
Socrates yang setia mengimani kebenaran itu berhasil direka ulang oleh Toto ST
Radik sesuai semangat kekinian. Tingkah polah Sokrates yang diceritakan Toto
telah Membentur-bentur kesadaran kita akan pencarian hakikat kebenaran dan sisi
kemanusiaan kita. Sokrates mengingatkan kita semua bahwa tubuh yang kerap kita
mandikan dan disemprot aneka wewangian hanyalah bungkus sementara yang kelak
hangus hancur. Yang kekal hanyalah ruh kita yang akan terbang melesat ke surga
atau neraka.
Tokoh
Sokrates rekaan Toto ST Radik sungguh akan menginstal ulang paradigma berpikir
kita meroket dari hal imanen menuju hal transenden. Sekalipun saat penceritaan
Toto ST Radik melabrak logika. Saat sokrates berjalan mundur diikuti oleh
tukang becak dan pengendara motor yang ikut berjalan mundur. Terkecuali becak
atau motor tersebut menggunakan rantai torpedo.
Masih banyak
cerita apik-filosofik yang Toto ST Radik sajikan di buku ini yang patut menjadi
bahan renungan bersama merefleksi prilaku keseharian kita. Baju Baru Buat Lebaran, mengisahkan pergulatan batin seorang lelaki—ayah—yang
menerima uang subhat dari atasan di kantornya. Hatinya terguncang menghadapi
pilihan dilematis menerima uang tersebut demi keluarganya atau mengembalikannya
dengan resiko mendengar rengekan anak-anaknya yang ingin dibelikan pakaian baru
sementara ia pun mesti menyiapkan bekal untuk sowan ke mertuanya. Kisah ini
juga menunjukkan realita para pejabat yang dengan enteng menyelewengkan uang.
Seakan korupsi, kolusi dan nepotisme adalah hal biasa di dunia mereka.
Selanjutnya
ada cerita Petruk Jadi Bupati, Teluh, Satu Kisah Dua Pencerita, Diselesaikan
oleh Khidir. Lelaki yang Baik dan Kata-kata,
dan Ayat Perempuan. Setiap cerita
tampil dengan guyon satir mengkritisi kebobrokan yang terjadi di negeri
belewuk. Jika kita telaah dengan penuh perhatian watak tokoh, inisial nama,
ciri-ciri fisik yang bertebaran di sekujur buku ini merefleksikan
renungan-renungan Toto ST Radik atas tingkah polah tokoh-tokoh nyata diprovinsi
ini.
Buku cerita
ini mewartakan bolong-bolong dekadensi moral yang tak boleh kita ulangi
dikemudian hari. buku ini aman dan menyehatkan dikonsumsi segenap lapisan warga
Banten yang menginginkan perubahan dan perbaikan. Wallahu a’lam
Komentar
Posting Komentar