DARI TERSERAH HINGGA PENCERAH

Oleh AnasAl Lubab

Judul                : Hanya Salju dan Pisau Batu
Penulis              : Happy Salma dan Pidi Baiq
Penerbit            : Penerbit Qanita
Tahun               : Cet-I, 2010
Tebal                : 225 Halaman

Inilah buku “terserah” yang didalamnya terselip muatan satir dan petuah bijak. Kenapa saya katakan terserah, lantaran isinya tidak setia pada satu tema dan melabrak EYD (ejaan yang disempurnakan) sekaligus tata bahasa. Kadang melompat disana-sini; bertransaksi cerita, saling curhat menyelami karakter pribadi masing-masing, bahkan terkesan saling berperang kata silat argumen. Padahal menurut pengakuan Happy Salma, keduanya bahkan belum sempat bertemu bertatap muka.

Muatan satir bisa kita jumpai dari kedua penulis buku ini terutama yang ditonjolkan oleh Happy, Happy Salma misalnya pada bab Che Guevara menyentil prilaku intelektual yang tak lagi tergugah untuk melakukan penyelamatan alam dan lingkungan yang kian hari kian memprihatinkan, dengan menulis “Siapapun dan bentuk apapun dia, mau berintelektualitas atau tidak, tetapi bila memiliki kebersihan hati dan menyayangi sesama ciptaan Tuhan, akan kuhormati dia lebih tinggi dibanding orang-orang sok pintar yang terlihat beradab, tapi dia tak jauh dari budak kepintarannya sendiri. Mencari ilmu sebanyak-banyaknya untuk menyakiti dan mencari keuntungan dari manusia lemah, menipu daya, perusak kaum dan lingkungan. (lih. 42-43).


Happy juga membeberkan lika-liku dunia entertaint yang diselimuti intrik kapitalisme. Bagaimana misalnya Happy membocorkan tokoh piguran yang dibayar murah dan mesti kerja keras. Juga mengenai politik dalam audisi reality show yang memperjualkan derita dan kepiluan sebagai penarik massa penonton sehingga ketika bakat tak dibumbui oleh jalan hidup yang dramatis peserta audisi pun secara otomatis didepak. Ia mengatakan bahwa dunia entertaint sejatinya ibarat view pengunungan yang indah menjulang diamati dari kejauhan namun ketika disambangi ternyata didalamnya terhampar batu terjal dan jurang yang curam. (Lih 153)

Sementara Pidi Baiq lebih memilih menggugah kesadaran pembaca melalui tulisan-tulisannya yang sarat permenungan atau petuah bijak berbumbu kocak. hal itu bisa kita simak misalnya pada bab Harum Murai, Halte dan Tugas Angin. Pada Harum Murai misalnya Pidi Baiq dengan kocak berfilsafat membahas hakikat kecantikan wanita gaya filsafat Plato. Secantik apapun perempuan hakikatnya adalah tulang belulang dibalut daging yang sehari-hari membawa kotoran. Pada bab Halte dan Tugas Angin kita diajak bermenung mengenai sesuatu yang mungkin luput dari perhatian kita dan tak pernah kita pikirkan.      

Buku yang ditulis duet oleh Happy Salma dan Pidi Baiq ini, akan mengerutkan kening pembaca, terutama yang sebelumnya tak pernah bersentuhan dengan cita literer khas Pidi Baiq sang penulis tertalogi Drunken dan Al-Asbun yang “nyeleneh”. Begitu nyengat terasa aroma tulisan Pidi Baiq membumbui gaya penulisan Happy Salma yang sebelumnya sempat menerbitkan kumpulan cerpen Pulang (Koekoesan, 2006) yang murni fiksi. Jadi ikutan terbawa gaya ngelantur khas Pidi Baiq. Bukan hanya itu, pembaca juga akan kerepotan ketika ditanya mengenai jenis buku apa ini. Novel bukan. Cerpen juga bukan, hingga Hikmat Darmawan, pengantar buku ini mengatakan ini buku “terserah” jika dia misalnya menyebut, ini buku novel dan yang lain menganggap bukan novel, ya terserah pendapat pembaca.

Sayang buku inspiratif ini mesti sedikit terganggu oleh kesalahan ketik yang dilakukan Happy Salma. Kata teh dihalaman 137 dan 138 menjadi the—lantaran biasanya otomatis komputer—mungkin tak sempat diedit. Tokoh Rulan pada halaman 130 terpelesat ditulis Ujang. Mengumpat ditulis mengupat (hal,160), menyambut ditulis meyambut (hal,166), memenuhi ditulis mememuhi (hal,197)

Buku yang diilustratori langsung oleh Pidi Baiq ini membuat calon penulis tepatnya mereka yang berniat terjun didunia kepenulisan bernapas lega, setidaknya genre buku apapun selama itu dilakukan dan ditulis dengan konsisten dan menawarkan pesan moral bagi pembacanya. Niscaya akan ada massa atau pembacanya.

Buku ini akan menjadi inspirasi sekaligus bacaan refreshing pengisi waktu luang ditengah merebaknya arus pemberitaan media massa yang menyesakan dada seperti wabah alam—ulat bulu, dan aksi teror. Wallahu’alam.

Penikmat buku tinggal di Serang-Banten

Komentar

Postingan Populer